Bekerja Sesuai Dengan Kemampuan

Salah satu tanda seseorang tidak bekerja sesuai kemampuan adalah ketika dia sekedar memenuhi job descripton yang diterima dari atasannya. Padahal, jobdes hanyalah sebuah alat untuk mendeskripsikan pekerjaan standard yang harus dilakukan seseorang. Sedangkan, kemampuan diri kita yang sesungguhnya seringkali jauh lebih tinggi dibandingkan jobdes itu. Sebentar, apakah anda yakin bahwa kemampuan anda yang sesungguhnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jobdes itu? Tentu saja, sebab anda pasti keberatan jika ada orang yang mengatakan bahwa kemampuan anda hanyalah pas-pasan saja, bukan? Harga diri anda menyebabkan anda begitu yakin bahwa kemampuan diri anda lebih tinggi dari jobdes itu. Pertanyaannya sekarang adalah; apakah anda bekerja berdasarkan jobdes, atau berdasarkan kemampuan yang anda miliki?
Jika seseorang bekerja berdasarkan kemampuannya – yang sudah pasti lebih tinggi dari jobdes itu – siapa yang diuntungkan? Perusahaan, tentu saja. Perusahaan untung karena orang itu bekerja melampaui harapan minimalnya. Tetapi, sesungguhnya bukan perusahaan yang paling diuntungkan, melainkan orang itu sendiri. Bayangkan saja, ketika dia bekerja melampaui jobdes-nya, atasannya senang. Perusahaannya senang. Lalu dia mendapatkan reward yang lebih baik daripada karyawan lainnya. Bahkan, jika keadaan memungkinkan, bisa jadi dia dipromosikan. Itu sudah menjadi hukum alami. Namun, mengapa begitu banyak orang yang enggan untuk bekerja melampaui jobdes-nya? Ini masih merupakan teka-teki.
Dibanyak lingkungan kerja, begitu banyak orang yang merasa puas dengan memenuhi tuntutan yang tertera dalam jobdes-nya. Padahal, bekerja sekedar memenuhi jobdes mengandung dua resiko besar. Pertama, resiko bahwa orang-orang lain yang lebih rajin akan mendapatkan prestasi kerja yang lebih baik dari kita. Sehingga mereka mendapatkan reward yang lebih baik. Mungkin mereka mendapatkan promosi hingga meninggalkan kita jauh dibelakang. Kedua, resiko bahwa Tuhan tidak terlalu menyukai kita. Sebab, Tuhan sudah menciptakan kita dengan sejumlah potensi diri yang begitu tinggi. Dan, orang yang bertanggungjawab kepada Tuhan memahami benar bahwa Tuhan mungkin kurang senang jika kita tidak memanfaatkan semua potensi diri itu. Oleh karenanya, misi hidup ini bukanlah sekedar memenuhi kewajiban melalui jobdes belaka. Melainkan mengaktualisasikan diri kita hingga bisa mencapai nilai paling luhur dari kualitas diri sebagai seorang manusia. Dengan cara itu, kita bisa mempersembahkan sebuah pencapaian yang outstanding. Berbeda jauh dibadingkan dengan kebanyakan orang lainnya.
Sayangnya, kita masih sering hitung-hitungan. Kontribusi kerja yang kita berikan kepada perusahaan dihitung sebatas sejumlah bayaran yang kita dapatkan. Lebih dari itu? No way. Perusahaan tidak memberikan posisi atau kompensasi yang cukup tinggi. Jadi, kenapa kita mesti berprestasi tinggi? Kita yang merasa punya potensi tinggi ini juga berpikir bahwa seharusnya perusahaan mempromosikan kita terlebih dahulu, supaya kita bekerja secara extra ordinary. Kita mempunyai kemampuan yang memadai untuk menyelesaikan suatu masalah. Dan menghasilkan kinerja yang jauh lebih baik lagi. Tetapi, karena perusahaan belum mempromosikan kita pada posisi itu, maka kita tunggu saja sampai perusahaan mempromosikan kita. Setelah itu, barulah kita melakukannya. Dan karena selama hidup kita tidak pernah dipromosikan kepada posisi yang kita inginkan itu, maka selama hidup itu pula kita tidak pernah benar-benar mengaktualisasikan potensi diri kita yang sesungguhnya.
Sekarang, mari kita cermati situasi dilingkungan kerja kita. Cukup banyak orang berpotensi yang membunuh karakter hebatnya sendiri. Mereka tidak puas dengan keputusan-keputusan perusahaan. Lalu mereka bekerja alakadarnya. Daripada menjadi pegawai yang tangguh dan tahan banting, mereka memilih untuk menjadi karyawan Teng-Go. Begitu bel jam kerja berbunyi, mereka langsung cabut. Padahal, mereka masuk kerja pun datang terlambat. Mereka pikir, tak apa-apa karena jaman ini jalanan serba macet. Terlambat setiap hari bukan lagi soal penting. Pulang kerumah cepat-cepatlah yang paling penting. Makanya, datang terlambat – pulang cepat menjadi budaya baru dunia kerja kita saat ini. Pendek kata, boro-boro memasuki tatanan extra ordinary work, sekedar memenuhi standar minimal saja kadang-kadang kita kedodoran.
Mari kita bayangkan sebuah situasi dimana perusahaan harus memilih sebagian karyawan untuk dipertahankan, dan mendepak sebagian yang lainnya. Sekalipun membayangkan ini tidak menyenangkan, namun orang yang memilih untuk menjadi karyawan perlu bersiap-siap untuk kemungkinan seperti itu. Betapa banyak orang yang terlampau percaya bahwa hubungan kerjanya akan berjalan lancar-lancar saja. Sehingga, ketika berita buruk itu datang; mereka menjadi syok. Padahal, jika hal itu sudah diperkirakannya jauh-jauh hari, mungkin dampaknya tidak akan seburuk itu. Setidaknya mereka sudah mempunyai sekoci yang bisa digunakan sebagai alat penyelamat darurat. Namun, orang- orang yang bekerja sebatas memenuhi jobdes, tidak akan pernah memiliki kesiapan itu. Sedangkan mereka yang bekerja sesuai dengan kemampuan dirinya, akan mempunyai peluang lebih besar untuk dipertahankan oleh perusahaan. Sekalipun pada akhirnya perusahaan tidak lagi mampu mempertahankan mereka, namun setidak-tidaknya, mereka sudah berjuang hingga titik darah penghabisan. Bahkan, mereka yang selama kehidupan kerjanya bersedia memeras segenap kemampuan diri yang dimilikinya, adalah orang-orang yang sudah teruji. Dan itu menjadi bekal alam bawah sadar yang sangat berguna baginya, jika suatu saat dihadapkan kepada situasi yang sulit. Sebab, orang-orang yang seperti itu, selalu bisa diadalkan. Baik oleh perusahaan, maupun oleh dirinya sendiri. Dan ternyata, untuk menjadi manusia yang mempunyai kualifikasi tinggi seperti itu; kita tidak harus bekerja mati-matian. Kita, hanya perlu bekerja sesuai dengan kemampuan. Sebab, bekerja sesuai dengan kemampuan bagi kita berarti; mempersembahkan pencapaian kerja yang berkualitas tinggi. Melalui seluruh potensi unggul yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita.


Perusahaan hanya mempromosikan orang-orang yang sudah terbukti mempunyai pencapaian tinggi. Dan sesuatu disebut sebagai bukti, hanya jika sudah terlebih dahulu terjadi. Tunjukkan prestasi terlebih dahulu, baru dipromosi - bukan sebaliknya. Begitulah hukum yang berlaku dalam dunia kerja kita.

Tidak ada komentar: